411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Monday, March 24, 2008

SUDHI WADANI

1. Latar belakang Sudhi Wadani Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu ( UUD45 pasal 29 – 2 ) Setiap warga Negara RI dijamin kebebasannya untukmemeluk agama yang dianutnya Walaupun sudah jelas tertulis dalam perundang undangan seperti tersebut diatas, namun sering sekali kendala yang muncul terhadap umat Hindu, didalam melangsungkan pernikahan khususnya bagi umatnya yang berbeda agama, mengingat dalam legalitasnya secara tertulis dirasakanmasih sangat lemahOleh karena itulah Majelis tertinggi agama Hindu mencarikan upaya,agar perkawinan bagi umatnya yang berbeda agama tidak timbul suatupermasalahan dikemudian hari, minimal bisa mengurangi berier dalamwiwaha yang sering munculTujuan utamanya adalah : Agar perkawinan dari pasangan yang berbeda agama, dapat diakui keesahannya secara hukum Hindu, maupun Undang Undang perkawinan No 1Thn 1974. Dengan mengambil Prakarsa "SUDHI WADANI".Artinya bagi umat yang tadinya bukan pemeluk agama Hindu, kemudian disahkan menjadi pemeluk agama Hindu. Bukan saja karena perkawinan, tetapi juga setiap orang yang sebelumnya tidak beragama Hindu namunmereka mau datang dengan penuh kesadaranya sendiri, tanpa ada unsur pemaksaan dari fihak lain, maupun iming iming yang berlebihan.
Dengan pernyataanya tersebut, yang diwujudkan dengan Sudhi Wadani status mereka tidak bisa diragukan lagi. (mohon diperhatikan paragraf ini, jadi anda yang sudah Hindu sejak lahir Sudhi Wadani tidak perlulagi ). Lihat Upacara Melepas Aon ( hari Ke 12 ) bagi sang bayi, padahari itulah dilaksanakan pembaptisan pertama bagi umat Hindu, yang disertai dengan pemberian Nama & pemasangan Benang Tridatu. (perlambang "Brahma, Wisnu , Iswara" )
2. Pengertian tentang Sudhi Wadani
Secara Etimologi Sudhi Wadani terdiri dari kata : Sudhi dan Wadani.SUDHI,…. Sudha,…berarti bersih, cerah, suci tanpa cacat / cela (mohon didengarkan pada saat Para Pemangku ngemargiang pebersihan /pemerayascita Doa yang biasanya dipakai adalah :
OM Pertama sudha,Dwitya Sudha, Trita Sudha, caturti Sudha, Pamcami Sudha, SaddamiSudha, Sudhami Sapta,…sudha sudha Variwastu Yonamo namah svaha )WADANI = Secara gramatical berarti Perkataan / Wadana = muka, mulut,prilakuSeperti apa yang disurat dalam Nitisatra V.3 berikut ini:
Wasita nimitanta manemu laksmi
Wasita nimitanta manemu duhka
Wasita nimitanta pati kapangguh
Wasita nimitanta manemu mitra
Karena perkataanlah orang itu disebut satya wecana, memperoleh rasa bahagia, memperoleh kesusahan, menemui ajal, dan juga karena perkataan pula engkau bisa memperoleh sahabat
Jadi secara keseluruhan SUDHI WADANI berarti : Adalah suatu upacarayang dilaksanakan oleh Umat Hindu, sebagai pengukuhan atau pengesahan ucapan atau janji seseorang, yang telah datang dengan cara tulus ikhlas, hati suci, dengan tanpa adanya unsur paksaan, telah menyatakan diri untuk memeluk agama Hindu yang disaksikan oleh :
a. Dewa Saksi
b. Manusa Saksi
c. Bhuta aksi-------- --------- Tiga saksi

3. Sarana dan Prasarana Sudhi WadaniSetiap upacara yang dilaksanakan oleh Umat Hindu selalu ditunjangdengan sarana yang disebut dengan upakara yang umumnya dalam bentukmateri yang sudah lazim digunakan adalah sebagai berikut :"Pattram puspham phalam toyam yo me bhakta prayachchati tad aham bahtyupahritam asnami prayatatmanah" Yang standard sesuai dengan sastra adalah seperti itu, sangat diusahakan supaya dilengkapi denganBija / wijaKarena Wija berarti perlambang dari Putra Bhatara Siwa. Padahakekatnya yang disimbulkan dalam Wija itu adalah merupakan kumara,benih keSiwaan diharapkan akan jadi tumbuh subur dari sang SudhiWadani setelah secara jasmani maupun rochani mereka dibersihkan.Pelaksanaan pembersihan akan lebih mantap lagi kalau dilengkapi denganbanten Beyakaon dan Perayascita Selain sesajan yang diperlukan dalam upakara ini, perlu kiranya diperhatikan hal hal sebagai berikut yang merupakan persyaratan Administrasi. Kandidat Sudhi Wadani, membuat surat pernyataan yang tulus ikhlasuntuk menganut agama Hindu ( bermeterai)b. Membuat surat permohonan yang ditujukan kepada Ketua Parisada setempatc. Pasphoto 3 X 4 sebanyak dua lembard. Adanya saksi, saksi, seperti yang ditulis diatas Dalam Sudhi Wadani tidak ada pembatasan umur bagi para calon sudhi Wadani4. Pelaksanaan Sudhi Wadani Setelah menjalankan upacara pembersihan bagi sang calon Sudhi Wadani, lengkapi dengan pemasngan Cirahwista kalau ada, maka kini mulailah sang calon Sudhi wadani untuk menirukan Aksara Suci dengan dupasebagai Upasaksi, & Dupa sebagai penerang, mohon ybs diberikan Tuntunan dalam merapalkan aksara Suci yaitu : ( Dasa Aksara ) OM, SA,BA, TA, A, I, NA, MA, CI, WA, YA, AM, UM, MA, OM
Upacara besar, maupun kecil hal ini adalah mutlak harus diucapkan bagi ybsSetelah peminpin upacara selesai menghaturkan upakara, peminpinupakara membacakan pernyataan yang sudah ditulis oleh yang melakukan sudhi wadani, yang ditirukan oleh calon sudhi wadani sebagai berikut :
a. Om Tat sat ekam eva advityam Brahman. ( Sang Hyang Widi Wasa hanyasatu tak ada duanya )
b. Satyam eva jayate Hanya kebenaran yang Jaya.
Dengan melaksanakan ajaran Agama Hindu, kebahagiaan pasti akan tercapaiKemudian bila hal diatas sudah selesai, yang diSudhikan harus mengucapkan janji sebagai berikut. Bahwa saya akan tunduk dan taat kepada hukum Hindub. Bahwa saya akan tetap berusaha dengan sekuat tenaga, dan pikiranserta bathin untuk dapat memenuhi kewajiban saya sebagai umat HinduSetelah hal ini selesai diucapkan maka diakhiri dengan penandatanganansurat keterangan Sudhi Wadani, baik oleh ybs maupun para saksi-saksi Diakhiri dengan sembahyang bersama oleh ybs yang diapit oleh parahadirin yang ada dalam upacara tersebut, serta tidak lupa sima-kramaramah tamah ciri khas Agama Hindu

PURA DASAR BHUWANA GELGEL KLUNGKUNG

PURA Dasar Bhuana dibangun Mpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatikta(Kerajaan Majapahit) pada tahun Caka 1189 atau tahun 1267 Masehi. Puraini merupakan salah satu Dang Kahyangan Jagat di Bali. Pada masaKerajaan Majapahit, Pura Dang Kahyangan dibangun untuk menghormatijasa-jasa pandita (guru suci). Pura Dang Khayangan dikelompokkanberdasarkan sejarah. Di mana, pura yang notabene tempat pemujaan dimasa kerajaan di Bali, dimasukkan ke dalam kelompok Pura DangKahyangan Jagat. Keberadaan Pura Dang Kahyangan tidak bisa dilepaskandari ajaran Rsi Rena dalam agama Hindu.Pura atau Ashram dibangun pada tempat di mana Maharsi melakukan yogasemadi. Itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Maharsi.Seperti Pura Silayukti di Karangasem. Silayukti diyakini sebagaitempat moksanya Mpu Kuturan. Demikian pula dengan Pura Dasar BhuanaGelgel yang dibangun sebagai penghormatan terhadap Empu Ghana. Di purainilah Mpu Ghana yang notabene seorang Brahmana yang memiliki peranpenting perkembangan agama Hindu di Bali, beryoga semadi (berparahyangan) .''Sebagaimana namanya, Pura Dasar Bhuana merupakan dasar jagatnyaBali. Kalau pura luhur, jumlahnya banyak. Pura Dasar Bhuanasatu-satunya pura dasar di Bali,'' ungkap Sekretaris Pengeling PuraDasar Bhuana Gelgel A.A. Gde Anom Wijaya. Selain sebagai DangKahyangan, pura yang berjarak sekitar 3 kilometer dari KotaSemarapura, Klungkung itu juga merupakan pusat panyungsungan caturwarga yang berasal dari soroh/klan di antaranya soroh/klan SatriaDalem, Pasek (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi), soroh Pande (MahasamayaWarga Pande) dan klan Brahmana Siwa. Semuanya merupakan pengabih IdaBatara di Pura Dasar Bhuana Gelgel.Masing-masing warga memiliki panyungsungan, seperti Meru Tumpang Solas-- panyungsungan Para Arya dan Satria Dalem. Meru Tumpang Tiga --panyungsungan Keturunan Mpu Geni yang menurunkan trah Pasek. MeruTumpang Tiga sebagai penyungsungan warga Pande. Padma Tiga yang beradadi antara Meru Tumpang Solas dan Meru Tumpang Sia (sembilna),panyungsungan warga Brahmana. Dengan banyaknya soroh/klan yang ada didalamnya, diyakini Pura Dasar Bhuana merupakan pemersatu jagat dengankonsep bersatunya semua klan yang ada di Bali dengan konsep ''kaulagusti menunggal''. ''Konsep itu sangat terasa begitu masuk ke puraitu,'' tandas Agung Gde Anom Wijaya. Pegawai di Dinas Kebudayaan danPariwisata (Disbudpar) Klungkung itu menyebutkan, ketika manusiaberada di hadapan-Nya, tidak ada lagi istilah perbedaan trah. Pande,Pasek atau Satria Dalem, semuanya sama.Pura yang dibangun di atas areal cukup luas itu, juga menjadipanyungsungan Subak Gde Suwecapura. Di antaranya Subak Pegatepan,Kacang Dawa, Toya Ehe dan Toya Cawu. Panyungsungan dilakukan saatKarya Pedudusan Agung lan Pawintenan yang bertepatan dengan PurnamaKapat. Agung Anom Wijaya juga menambahkan, Pura Dasar Bhuana sempatdijadikan objek penelitian oleh peneliti asal Belanda. Di mana,hasilnya diyakini bahwa situs Pura Dasar Bhuana Gelgel hampir miripdengan situs bekas Kerajaan Majapahit. ''Katanya Gelung Kori Agungmirip dengan Gelung Kori Kerajaan Majapahit,'' sebutnya.Pura Dasar Bhuana terletak di Desa Gelgel, Klungkung. Dari Denpasar,berjarak sekitar 42 kilometer. Pura ini berdiri di atas lahan yangcukup luas. Berdiri megah dan tampak asri di pinggir jalan utama Gelgel-Jumpai. Sebagimana umumnya Pura-pura di Bali, Pura Dasar Bhuanamemiliki tiga mandala -- Nista Mandala, Madya Mandala dan UtamaMandala. Di bagian Nista Mandala terlihat keangkeran pohon beringinbesar yang tumbuh sejak berabad-abad lamanya.Masuk ke Madya Mandala, pamedek bisa melihat bangunan-bangunan berupaPelinggih Bale Agung. Pelinggih ini tampak unik karena panjangnyamencapai 12 meter. Bersebelahan dengan Bale Pesanekan dan pelinggihtempat berstanakan seluruh petapakan dan pratima Pura-pura yang ada diDesa Pakraman Gelgel. Pratima maupun petapakan itu tedun dandistanakan saat berlangsung Karya Agung Pedudusan (Ngusaba) yangdilaksanakan bertepatan dengan Purnama Kapat.Sementara di Utama Mandala terdapat belasan pelinggih di antaranyaMeru Tumpang Solas, Meru Tumpang Telu, Padma Tiga dan banyak lagipelinggih lainnya. Dalam setahun, ada dua wali/karya digelar yakniwali bertepatan dengan Pamacekan Agung, serta wali/karya Padudusanyang jatuh pada Purnama Kapat.Pura Dasar Bhuana di-empon Desa Pakraman Gelgel yang terdiri atas 28banjar dan tiga desa dinas -- Desa Gelgel, Desa Kamasan dan DesaTojan. Keberadaannya berkaitan erat dengan keberadaan KeratonSuwecapura tempo dulu yang juga berada di Gelgel. Namun, jika melihattahun berdirinya, pura ini sudah ada jauh sebelum Gelgel diperintahraja pertama, Dalem Ketut Ngulesir (1380-1400). Pura yang merupakanwarisan maha-agung ini didirikan pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267Masehi.Sebagaimana sejarahnya, Pura Dasar Bhuana erat kaitannya dengan MpuGhana yang hidup pada akhir abad IX Masehi. Pura Dasar Bhuana dibangunMpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatika sebagai bentuk penghormatanterhadap Mpu Ghana. Empu Ghana merupakan seorang brahmana dengan peransangat besar terhadap perkembangan agama Hindu di Bali.Empu Ghana adalah orang suci yang berasal dari Jawa. Tiba di Bali padamasa pemerintahan (suami-istri) Udayana Warmadewa dan GunaprayaGharmapatni yang berkuasa dan memerintah Bali pada tahun Caka 910 sampai tahun Saka 933 (tahun 988-1011 Masehi). Empu Ghana merupakanbrahmana penganut paham Ghanapatya. Seumur hidup menjalankan ajaranSukla Brahmacari yakni tidak menjalani masa Grahasta (tidak menikah).Kaitannya setelah berdirinya Kerajaan Suwecapura, pura ini dipakaisebagai merajan keluarga raja saat itu. Letak pura ini persis beradadi timur laut Keraton Suwecapura. Pada zaman itu, Keraton Suwecapuraberdiri di Banjar Jero Agung, Gelgel.''Letak pura ini berada di hulu Keraton Suwecapura. Dulunya,disungsung keluarga Raja Gelgel,'' tutur Agung Anom Wijaya. Pura inimemang erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Suwecapura. Sejumlahsitus peninggalan Kerajaan Suwecapura masih tetap dilestarikan di puraini sampai sekarang.

Saturday, March 08, 2008

ketika nilai luhur budaya telah pudar......
ketika akal manusia terkontaminasi...
ketika hayalan telah sirna.....
maka bumi terasa hampa dari nilai-nilai luhur budaya bangsa......
anak tidak lagi ingat pada orang tua...
saudara telah melupakan adik kakaknya....
yang kaya menjadi raja segala raja.....
yang miskin menjadi pelabuhan kemarahan dan emosi....
sopan dan santun seolah bukan kewajiban bagi mereka yang berlencana kebijaksanaan...
pertanda apakah ini.......
inikah yang disebut yuganya kali ?....
ataukah karena proses evolusi tabiat..... bagi semua mahluk ciptaan-Nya....
Selamatkanlah kami ya Tuhan......
Selamatkan kami dari keriuhan dan kegelapan ini....
nyalakanlah lentera-Mu, hingga kami temukan dian yang menuntun kami ke arah-Mu...
Ya Tuhan, Engkaulah kehendak dari semua kehendak.....
hendaknyalah Engkau menuang setetes air surgawi.... bagi kami yang sarat akan pengetahuan-Mu...
Ya Tuhan..... Engkau adalah pemaaf dari segala kesalahan....
Maafkanlah kiranya kami... yang tak pernah jauh dari garis kekeliruan-Mu...
Engkau yang mencipta.. Engkau pulalah yang kami harapkan untuk meleburnya....
hingga kami bisa bersama-Mu....
Suka tanpa wali dukita
Amoring Acintya......
Namaste,


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.