411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Monday, June 30, 2008

Ingatlah pesanku ini senantiasa jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya.
tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan.
janganlah bagai orang gunung membeli emas, mendapat besi kuning pun puas menduga mendapat emas bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan
cahaya terang itu adalah pancamaya, penerang hati, yang disebut mukasipat (mukasyafah) , penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala sifat lebih.
cahaya empat warna, itulah warna hati
hitam merah kuning adalah penghalang cipta yang kekal, hitam melambangkan nafsu amarah, merah nafsu angkara, kuning nafsu memiliki.
hanya si putih-lah yang bisa membawamu ke budi jatmika dan sanggup menerima sasmita alam, namun selalu terhalangi oleh ketiga warna yang lain hanya sendiri tanpa teman melawan tiga musuh abadi.
hanya bisa menang dengan bantuan sang suksma. adalah nugraha bila si putih bisa kau menangkan di saat itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar.

Thursday, June 19, 2008

NENEKKU BERPULANG

Di tengah teriknya matahari saat bulan beranjak penuh, tepatnya pada Purnama Shada rahina Anggara Umanis Wuku Landep, tanggal 17 Juni 2008, nenek dari ibuku telah menutup mata mengembuskan napas terakhirnya dipangkuan kakakku Ni Ketut Sepan. Begitu tenangnya beliau berpulang, seakan tanpa beban dan tidak meninggalkan kekecewaan sedikitpun yang tanpak pada paras wajahnya yang telah semakin kuning.....
Senyum khasnya juga terlukis dalam wajahnya....
Terbujur kaku tubuhnya tidak menyisakan penyesalan dalam perjalanannya pergi menuju sunya loka....
Kini telah sirnalah belaian seorang nenek yang begitu tulus kepada anak cucunya........
Sang anak, menantu dan cucunya hanya mampu berucap selamat jalan semoga "Amoring Acintya"....
Semoga amal kebaikannya menambah tabungan kebajikan menuju Hyang Widhi.....
Om Surgantu....Sunyantu.....Moksantu...
Atiwa-tiwa.... pertanda bhakti sang anak kepada orang tuanya akan dilaksanakan pada Saniscara Paing wuku Ukir Sasih Sada saka warsa 1930, tanggal masehi 28 Juni 2008.
Semoga bhakti sang anak dapat menghantarkan Sang Atman dapat menyatu dengan -Nya....

Namaste,


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.