411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Thursday, August 12, 2010

I Wayan Kubuk mengakhiri swadharmanya di Maya Pada

Satu lagi warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan mengakhiri swadharmanya di maya pada ini untuk menuju kepada-Nya. Dia adalah I Wayan Kubuk, yang menghembuskan napas terakhir pada hari Senen, 9 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 01.30 Wita. Upacara pengabenan di laksanakan pada hari Rabu, 11 Agustus 2010 pukul 13.00 yang rangkaian upacaranya telah dilakukan dari pagi hari. Upacara di awali dengan proses ngeluang (ngelubang) di kuburan untuk tempat penguburannya nanti, kemudian sepulangnya warga dari kuburan dilakukan upacara meboga di pintu masuk rumah sang duka yang dipuput oleh Dane Jro Mangku I Made Rabih (pemangku Pura Prajapati/Mrajapati/Pengulun Setra). Setelah selesai upacara tersebut, dilanjutkan lagi dengan upacara manjusin/mersihin/memandikan mayat, yang dilakukan di depan Sanggah Natah (Surya). Seusai proses pembersihan sampai kepada proses upacara bersih mati, baru dilanjutkan dengan upacara "pemerasan". Setelah selesai upacara tersebut lalu dilanjutkan dengan upacara nyuntik kajang. Setelah upacara ini selesai kemudian mayat diusung ke Kuburan untuk dikubur, karna di Lingkungan Sawangan, Desa Adat Peminge tidak diperbolehkan untuk membakar. setelah proses penguburan selesai baru dilanjutkan dengan upacara nganyut ke segara. Demikianlah garis besar proses upacara pengabenan I Wayan Kubuk. Semoga amal bhakti dan swadharma yang telah dia perbuat di maya pada menjadi tabungan kebajikan untuk dapat bersatu dengan-Nya.


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.