411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Sunday, January 12, 2014

PAN RASMIN TELAH BERPULANG

Pada hari selasa tanggal 7 Januari 2014, salah satu warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan yaitu Pan Rasmin telah menutup usianya dengan tenang, meninggalkan beberapa orang anak dan cucu.
Upacara atiwa-tiwa dilakukan pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2014.
Om Tattwatma Naryatma Swadah Ang Ah
Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu.
Om Ksama Sampurna ya Namah Swaha...
Om Vayur Anilam Amartam Athedam
Basmantam Sariram,
Om Krato Smare, Klie Smare, Krtam Smara....
Om Santih, Santih, Santih Om

Sunday, January 05, 2014

KAWITAN menjadi jembatan menuju Sangkan Paraning Dumadi

Kawitan= Kawiwitan, kawi=sastra, wiwitan=wetan-purwa-kangin-Sangkan, Kamulan, Sangkan Paran, Paran=tetujon.
Yen cening arsa uning ring Sangkan Paran/Kawitan, Sang Kawi/Wiku sane patut ruruh. Wiku Sane wikan ring kaweruh kawi, Weruh ring sangkan paran, Sang Pujangga wastane. Yening tan panggih Sang Wiku rereh di sastra Veda “Itihasa” (It happened so), yen cening sing ngeresep isin Veda ada “Purana” (Purwaning ana). Sing karesep ada wira carita “Babad” adane, sing masih karesep ade “Lelintihan” silsilah adane. Yening sing masih ngerti, Ne Bapa ngelah kadutan meselet di amben bale daja, jemak lan aud kadutane kujang cening je dewek ceninge ditu, pang kanti cening ngerti "nak ngujang cening hidup ke mercapada?". Nah ditu I Belog nyemak kadutan Bapane tur kasungsung dadi “Pajenengan” di merajan.

Semoga kita bisa belajar dari cerita diatas, banyak penyimpangan atau lebih tepatnya degradasi pemaknaan, mencari kawitan (Sangkan paran/ Hakekat hidup) menjadi mencari silsilah (hubungan biologis/darah), soroh bahkan skup yang lebih kecil menjadi pajenengan (Arcanam). Dalam Lontar sering disebutkan "Jangan pernah melupakan Leluhur", ini benar adanya sudah sepantasnya kita bakti pada Leluhur. Tapi Leluhur bukanlah tujuan, sehingga ini membuat kita terkotak-kotak dalam soroh, klan, dll. Jadi ada kelanjutannya untuk mengerti jalan kita pulang kembali pada Sang Pemilik Hidup.

Weruh ring Kawitan, weruh ring Sangkan Paran, Asal dan Tujuan, Kangin - Kauh, Putih - Kuning. dari mana kita berasal dan kemana kita pulangnya. makanya orang yang tidak mengerti asal dan tujuan hidupnya disebut "Jelma sing nawang kangin - kauh".

Sangkan Paraning Dumadi, Ibaratnya menanam pohon,
Benih adalah Sangkan, Parannya adalah tempat/media/tanah untuk menanam, dan hasilnya berupa buah (Pala) adalah dumadi untuk kehidupan anak-cucu kita kelak. begitulah hidup itu mengalir buah menjadi benih lagi dan seterusnya.

"Gajah mati meninggalkan gading, Macan mati meninggalkan belang"
Besok lusa kita mati meninggalkan apa? "Pajenengan" kah? masihkah anak cucu ingat akan "Jeneng" kita (Wajah dan Nama kita)?????.


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.