411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Thursday, October 09, 2014

Ni Wayan Lumur telah berpulang


Tidak berselang beberapa hari keturunan Ki Djelantik yaitu Ni Wayan Lumur, yang merupakan warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan, telah mengakhiri swadharmanya di mercapada menuju sunya loka pada hari Kamis tanggal 4 oktober 2014. 
Walaupun beliau tidak mempunyai keturunan di keluarganya, sebagai wujud bhakti kepada orang tua, keluarga besar I Wayan Koran melakukan upacara atiwa-tiwa yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2014, dengan mengambil tingkatan sawa prakerti dengan rangkaian sebagai berikut :
- Proses suka duka yang dilakukan oleh tempekan pada pagi harinya yaitu membuat liang untuk penguburan.
- Selesai membuat liang, ketika sampai di rumah duka, dilakukan upacara mapag di lebuh untuk memohon agar segala bentuk kekuatan negatif bisa terhindarkan.
- Nyramin layon yang dilakukan oleh warga tempekan dengan segala bentuk eteh-eteh dan dudonan pebersihan layon.
- Upacara ngetarpana saji yang akan dipuput oleh Ida Pedanda Anom Griya Santrian Sanur.
- Nyuntik kajang/Ngajum Kajang Kawitan dan Kajang Surya yang akan di tangani oleh Ida Bagus Raka dan Ida Bagus Agung dari Geriya Timbul Sanur.
- Upacara ngaben dipuput oleh Ida Pedanda Anom griya Santrian Sanur.
Demikianlah ringkasan dari pelaksanaan upacara atiwa-tiwa yang dilakukan oleh perthi Sentana Ni Wayan Lumur.
Semoga apa yang menjadi amal bhakti selam hidupnya bisa menjadi tabungan kebajikan untuk kembali lahir sebagai manusia yang sempurna.
Om Tattwatma Naryatma Swadah Ang Ah
Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu.
Om Ksama Sampurna ya Namah Swaha...
Om Vayur Anilam Amartam Athedam
Basmantam Sariram,
Om Krato Smare, Klie Smare, Krtam Smara....
Om Ksama sampurna ya namah,
Om Santih, Santih, Santih, Om

I Nyoman Kiteh Berpulang menuju alam nirwana

Om Tattwatma Naryatma Swadah Ang Ah
Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu.
Om Ksama Sampurna ya Namah Swaha...
Om Vayur Anilam Amartam Athedam
Basmantam Sariram,
Om Krato Smare, Klie Smare, Krtam Smara....
Adalah keturunan Ki Bongol yaitu I Nyoman Kiteh, yang merupakan warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan, telah mengakhiri swadharmanya di mercapada menuju sunya loka pada hari Kamis tanggal 2 oktober 2014. 
Sebagai wujud bhakti kepada orang tua, upacara atiwa-tiwa dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2014, dengan mengambil tingkatan sawa prakerti dengan rangkaian sebagai berikut :
- Proses suka duka yang dilakukan oleh tempekan pada pagi harinya yaitu membuat liang untuk penguburan.
- Selesai membuat liang, ketika sampai di rumah duka, dilakukan upacara mapag di lebuh untuk memohon agar segala bentuk kekuatan negatif bisa terhindarkan.
- Nyramin layon yang dilakukan oleh warga tempekan dengan segala bentuk eteh-eteh dan dudonan pebersihan layon.
- Upacara ngetarpana saji yang akan dipuput oleh Ida Pedanda Oka Griya Timbul Sanur.
- Nyuntik kajang/Ngajum Kajang Kawitan dan Kajang Surya yang akan di tangani oleh Ida Bagus Raka dan Ida Bagus Agung dari Geriya Timbul Sanur.
- Upacara ngaben dipuput oleh Ida Pedanda Anom griya Santrian Sanur.
Demikianlah ringkasan dari pelaksanaan upacara atiwa-tiwa yang dilakukan oleh perthi Sentana I Nyoman Kiteh.
Semoga apa yang menjadi amal bhakti selam hidupnya bisa menjadi tabungan kebajikan untuk kembali lahir sebagai manusia yang sempurna.
Om Ksama sampurna ya namah,
Om Santih, Santih, Santih, Om


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.