411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Saturday, February 13, 2016

Sejarah Desa Kesiman

DESA KESIMAN
Sejarah Desa Kesiman berasal dari kata Ku dan Sima, yang tercantum di dalam di dalam Babad Wanggayah yang menceritakan terjadinya Desa Kesiman. Adapaun asal mula terjadinya desa kesiman adalah sebagai berikut.
Di ceritakan Ida Dalem Batu Ireng, yang juga bernama Sri Tapuk Ulung atau Dalem Beda Ulu tinggal di bali pada tahun 1247 (Caka warsa Candra Sengkala : Resi Mengapit Tunggal). Beliu berkeinginan akan melepaskan diri dari ikatan duniawi dan mencapai moksa. Karena banyaknya musuh yang datang dari tanah jawa yang berkeinginan untuk menyerang kerajaan bali. Yang tidak lain adalah maha patih dari Kerajaan Majapahit seperti Maha Patih Gajah Mada, dan di ikuti oleh para Arya Seperti Arya Damar, dan Arya yang lainnya.
Kerajaan Bali mampu dikalahkan, para prajurit di Bali mampu di bunuh oleh pasukan majapahit. Seperti Arya Girimakna dibunuh oleh Arya Damar, ki Gudug Basur mampu dibunuh oleh Arya Wang Bang, kemudian Ida Dalem Batu Ireng mengungsi dari kerajaan dan berkelana menuju desa-desa seperti Taro, Gelgel, Batuaji, Batuasih, Kalangendis, Taman Hyang Batur. di taman Hyang Batur beliau membangun prahyangan Dalem yang bernama Dalem Tungkub yang diusung oleh para Pasek Dangka.
Dari Taman Hyang Batur beliau melanjutkan perjalanan ka Bukit Bali, Batu Belig, Sumerta. Desa Sumerta saat itu di kuasai olih Anglurah Bongaya. Kedatangan Ida Dalem Batuireng di Sumerta tidak dihiraukan olih Anglurah Bongaya, kemudian Ida melanjutkan perjalanan menuju desa Tangkas. Setelah Dalem Batuireng berjalan mider bhuana, karena sengitnya pertempuran yang terjadi kemudian muncul keinginan beliau untuk mati malabuh geni. Tiga bulan setelah beliau berhasil mencapai moksa, Ida Dalem Batu Ireng kembali hidup seperti sediakala. Dan beliau kembali melanjutkan perjalanan menuju sebuah sungai, dan berkeinginan kembali moksa namun dengan menggunakan media air, karena menurut beliau moksa menggunakan air adalah jalan terbaik dan mampu membawa berkah bagi beliau di alam sana. Dan setelah beliau moksa, sungai tempat belaiu melakukan upacara pamoksan (melabuh we) sungai tersebut bernama Sungai Ayu atau We Ayu (we berarti air, ayu berarti kedamaian)
Setelah Ida Dalem Datu Ireng , mencapai moksa untuk yang kedua kalinya, para pengikut beliau mendirikan sebuah batu peringatan (tugu peringatan) yang terbuat dari batu besar yang dinamakan Batu Sima.
Setelah Ida Dalem Batuireng moksa, putra beliau yang bernama Arya Panji mendirikan kerajaan yang terletak di Buruan Tegal Asah Sanur, sekitar tahun 1265 (Candra Sengkala bhuta Manapit Tunggal). Batu peringatan yang terletak di tukad Ayung semakin lama di kenal dengan nama Batumenjong.Setelah beberapa tahun melintang tiga orang keturunan Dalem Batuireng pergi ke Tukad Ayung yang di ikuti oleh Bendesa Manik Mas warih dari Pangeran Manik Mas yang tinggal di Pule Pradesa Mas, kemudian bertemu di Gaduh mengambil Batu Sima tersebut dan di letakkan di tepi Tukad Ayung. Di tepi Tukad Ayung tersebut para keturunan Dalem Moksa bersama Bendesa Mas dan kemudian masyarakat Gaduh membangun grema ( desa pekraman) yang di beri nama Pendem (tempat menyimpan batu sima tersebut). Di Desa Pendem tersebut dibangun Perhyangan Desa Puseh dan Prhyangan Manik Aji yang bertempat di alas(hutan) Ambengan Abian Nangka.
Ketika Ida Dalem Batuireng kakasorang oleh Majapahit, yang menguasai kerajaan di Bali adalah Sira Kresna Kepakisan yang di dampingi oleh para Arya, Arya Wangbang kemudian mendirikan kerajaan puri di tepi tukad Ayung tempat Ida Dalem Batuireng Moksa. Disana Sira Arya Wangbang Pinatih majapahit bertemu dengan masyarakat Bali, Sira Arya Wang Bang Pinatih mengatakan diri bahwa beliau adalah utusan Sang Prabu Majapahit akian meneruskan membangun kerajaan setelah peninggalan Ida Dalem.
Setelah Arya Wang Bang Bang menerima warisan dari Dalem Moksa (Dalem Batuireng) dari Wong Bali yang terletak di tepi Tukad Ayung, kemudian disihir oleh Sira Arya Wang Bang, dan tempat peninggalan Ida Dalem Batuireng di beri nama KU SIMA.
Sira Arya Wang Bang menyatakan arti Kesiman tidak lain adalah KU berarti Kukuh (kuat) Sima, berarti hasil Prahyangan Dalem Muter. Prahyangan yang dibangun oleh Sira Arya Wang Bang di tepi We Ayung. Dan sampai saat ini dikenal dengan nama KESIMAN.
Desa adat kesiman terletak di wilayah Denpasar Timur, yang terdiri dari tiga desa yaitu Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Petilan, dan Kesiman Kertalangu. Desa adat kesiman juga termasuk di dalam Kota Administratif Denpasar. Letaknya kira-kira kurang lebih tiga km dari pusat Kota Denpasar. Batas desa kesiman terdiri dari empat penjuru mata angin yaitu:
1. Sisi Utara : Derbatsan dengan Desa Adat Tembau, Desa Adat Bekul, Desa Adat Oongan, dan Desa Adat Tonja.
2. Sisi Timur : Berbatasan dengan Desa Adat Tegeha dan Desa Adat Batubulan.
3. Sisi Selatan : Berbatasan dengan Desa Adat Sanur, dan Desa Adat Tanjung Bungkak.
4. Sisi Barat : Berbatasan dengan Desa Adat Sumerta.
Banjar-banjar yang termasuk di dalam batas wilayah Desa Kesiman adalah sebagai berikut.
1. Sisi Utara : Banjar Bukitbuwung, Banjar Abian Nangka Kaja, Banjar Abian Nangka Kaja, Banjar Abian Nangka Kelod, Banjar Meranggi, Banjar Saraswati, Banjar Kehen, Banjar Batan Buah.
2. Sisi Timur : Banjar Kertalangu, Banjar Kertapura, Banjar Tohpati, Banjar Kertajiwa, Banjar Tangguntiti, Banjar Kesambi, Banjar Biaung.
3. Sisi Selatan : Banjar Kebonkori Kelod, Banjar Kebonkori Tngah, Banjar Kebonkori Mngku, Banjar Kebonkori Lukluk.
4. Sisi Barat : Banjar Ujung, Banjar Cerancam, Banjar Pabean, Banjar Dauh Tanggluk, Banjar Dajan Tanggluk, Banjar Dangin Tangluk, Banjar Kesumajati, Banjar Abiantubuh.
5. Sisi Tengah : Banjar Kedaton.

sumber: Buku Eka Ilikita Desa Adat Kesiman


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.