MAKNA POHON TEBU SAAT MEJAUMAN
Apabila Anda pernah ikut mengantar pengantin ke rumah pengantin perempuan saat mejauman
pada perkawinan adat Bali, mungkin Anda akan melihat pohon tebu yang
diikatkan pada kendaraan yang mengangkut kedua mempelai. Lalu apa makna
pohon tebu tersebut ?
Setelah upacara awiwaha samkara (ngayab banten pekeraban) selesai
umumnya akan dilanjutkan dengan upacara mejauman. Pada upacara mejauman
pihak keluarga pengantin laki-laki mengantar kedua pengantin berkunjung
ke rumah pengantin perempuan. Keluarga pihak pengantin laki-laki membawa
bebanten (sesajen) untuk dipersembahkan ke hadapan roh leluhur pihak
pengantin perempuan yang berstana di sanggah kemulannya (tempat pemujaan
keluarga). Perlengkapan berupa bebanten (sesajen) itu disebut
bebantenan jauman, yang berfungsi melaporkan kepada roh leluhur pihak
pengantin perempuan bahwa sang pengantin perempuan telah pindah tempat
tinggal dari keluarga pengantin perempuan ke keluarga pengantin pria.
Apabila rumah tempat tinggal pengantin perempuan cukup jauh dari rumah
tempat tinggal pengantin laki-laki, saat mejauman biasanya keluarga
pihak laki-laki menyiapkan kendaraan untuk mengangkut kedua pengantin,
anggota keluarga maupun undangan yang akan ikut mengantar ke rumah
pengantin wanita. Pada kendaraan yang mengangkut kedua mempelai
diikatkan pohon tebu.
Makna pohon tebu dianalisis berdasarkan
sifat-sifat yang ada pada pohon tebu. Sifat-sifat yang baik pada pohon
tebu tersebut yang hendaknya dapat ditiru oleh pengantin baru yaitu :
Pertama, sifat pohon tebu itu adalah manis dari akar sampai dengan
pucuknya. Walaupun sampai ke pucuk manisnya berkurang yang penting rasa
manis tetap ada. Demikianlah hendaknya kedua pengantin itu hidup dalam
suasana bermanis-manis (bermesra-mesraan) dari awal sampai akhir.
Kedua, pengantin laki-laki hendaknya jangan bersifat sebagai orang yang makan tebu, yaitu habis manis sepah dibuang.
Ketiga, tebu itu dapat hidup dalam segala iklim dari pantai sampai ke
pegunungan. Maksudnya agar pengantin itu hidup rukun dalam suasana suka
dan duka.
Keempat, sifat pohon tebu itu makin diperas makin
bertambah manisnya. Maksudnya agar kebencian dibalas dengan kasih sayang
dalam kehidupan bersuami istri. Kalau sang suami memarahi sang istri
maka sang istri membalas dengan nada yang mampu melenyapkan kemarahan
sang suami. Dengan demikian hidup rukun suami istri bisa tercapai.
No comments:
Post a Comment