411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Sunday, January 20, 2019

RAJA PISUNA

Kisaran tanggal 8 Desember 2018 tersebar surat kaleng (surat tanpa identitas pengirim), yang tertuju kepada Sadeg Ida Bhetara Pura Pasek Gelgel Sawangan yaitu I Wayan Suta. Beliau adalah Sadeg Ida Bhetara/Tapakan/Mangku Kulit yang disucikan di Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan dan di Pura Pengastulan sebagai korban pencemaran nama baik berdasarkan isi surat kaleng tersebut.

Entah siapa sejatinya yang berbuat hal tersebut, telah sempat dihembuskan dalam sebuah rapat di Pura Ibu Pasek Gelgel saat parum mengagendakan perencanaan Penyekahan Bersama, namu dari pihak keluarga korban menangguhkan untuk membicarankan kasus tersebut sampai selesainya Upacara Pedudusan saat setelah selesai Upacara Penyekahan perkiraan bulan Juli/Agustus 2019.

Belum sampai pada batas waktu yang telah disampaikan oleh keluarga korban saat rapat sebelumnya, akhirnya ada pelaksanaan rapat atas prakarsa pengurus untuk menindaklanjuti kasus yang menimpa Sadeg Ida Bhetara tersebut. Dari beberapa analisa, alibi dan kesimpulan-kesimpulan warga akhirnya keluarga korban (I Wayan Mendra) ingin minta "penedas keneh", dan disambut sorakan warga menyetujui dengan mengusulkan agar dilaksanakan "Medewa Saksi" tetapi pihak pengurus tidak berani mengambil tindakan tegas untuk menyetujui hal tersebut, justru tidak menyetujui usulan warga dengan alasan tidak berani dan malu terhadap warga lain.

Tidak berselang lama di bulan Januari 2019 telah dilaksanakan paruman kecil Unen dan Anggarkasih, mengkhusus membicarakan kasus tersebut, karena Sadeg Ida Bhetara punya kewajiban juga untuk ngayah di Pura Pengastulan. Dari agenda rapat tersebut maka tercetuslah nama yang dipertanyakan oleh keluarga korban (I Wayan Mendra) kepada paruman, tentang keberadaan Jro Mangku Wayan Arsa, yang mana dulunya beliau yang sering di-ulemin sebelum Sadeg Ida Bhetara/Mangku Kulit I Wayan Suta melaksanakan kewajiban tersebut.

Ditanggapinyalah pertanyaan tersebut oleh Jero Mangku Ketut Regig, bahwa ketika Kak Leri tidak bisa melakukan kewajibannya ngayah karena sakit, maka disuruhlah Jro Mangku Ketut Regig untuk ngulemin Jro Mangku Wayan Arsa sebagai pengganti dirinya.

Tidak berselang lama dari pelaksanaan paruman unen tersebut, pada hari Minggu 13 Januari 2019, Jro Mangku Wayan Arsa mendapat laporan dari 2 orang, saat pagi dan sore, yang menyatakan bahwa Jro Mangku Wayan Arsa yang membuat surat kaleng tersebut.

Mendengar permasalahan tersebut Keluarga Bongantik pada hari Rabu 16 Januari 2019 telah mengambil sikap untuk meminta klarifikasi Pengurus Dadia dan bersikap untuk selalu mendukung Jro Mangku Wayan Arsa dalam mengambil langkah apapun demi terselesaikannya "RAJA PISUNA" ini. Dengan sikap Keluarga Bongantik seperti itu maka pada hari Sabtu 19 Januari 2019, telah diadakan rapat keluarga Bongantik kembali untuk mendengarkan penjelasan Jro Mangku Wayan Arsa atas apa yang telah menimpa dirinya.
Dari hasil rapat tersebut telah disepakati beberapa hal penting yaitu :
1. Menerima dan mempercayai penuh bahwa apa yang dituduhkan kepada Jro Mangku Arsa adalah tidak     benar.
2. Mendukung Jro Mangku Wayan Arsa untuk melakukan Sumpah Cor/Me-Dewa Saksi atas apa yang telah dituduhkan.
3. Kalau memungkinkan akan menempuh jalur hukum untuk meng-clear-kan permasalahan ini.
Demikian untuk sementara penyelesaian atas RAJA PISUNA yang menimpa Jro Mangku Wayan Arsa dari pihak keluarga besar, semoga Hyang Kawitan asung kertha wara nugraha mapaica pemargi sane becik lan rahayu.

Menindaklanjuti RAJA PISUNA ini, keluarga BONGANTIK meminta kepada Pengurus Dadia Pasek Gelgel Sawangan untuk mengadakan pertemuan antara keluarga Bongantik dengan Tokoh warga, Pengurus dan Jro Mangku. Pada hari Minggu 27 Januari 2019, telah diterima usalan oleh Pengurus Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan, untuk bertemu dan meminta kepada pengurus untuk mengklarifikasi permasalah Raja Pisuna ini. Rapat diikuti oleh Pengurus, Jro Mangku di Lingkungan Pura Dadia, Sadeg Ida Bhetara dan Tokoh Warga. 
Pengurus membuka rapat dan memaparkan apa yang telah dilaporkan oleh Jro Mangku Wayan Arsa, mengenai hal yang menimpa dirinya berupa tuduhan membuat surat kaleng yang menimpa Jro Mangku Wayan Suta. Dalam rapat tersebut tidak seperti biasanya, dimana membiarkan Jro Mangku Wayan Arsa duduk berbaur dengan pemilet rapat tidak diminta duduk disamping pengurus, bagaimana biasanya. Kemudian pengurus memberi kesempatan kepada Jro Mangku Wayan Arsa untuk memaparkan apa yang menjadi keluhan mengenai tuduhan yang menimpa dirinya. Dalam memaparkan kronologi tuduhan dan siapa yang datang memberi informasi tuduhan tersebut kepada peserta rapat. Dalam pemaparan tersebut Jro Mangku Wayan Arsa mengaku tidak ada membuat Surat Kaleng tersebut, sampai bersedia melakukan Sumpah Cor/Dewa Saksi, untuk meyakinkan warga dan peserta rapat bahwa memang benar dirinya tidak ada membuat surat kaleng tersebut. Banyak peserta meminta untuk membongkar siapa yang melapor kepada Jro Mangku Wayan Arsa tersebut, termasuk pengurus juga menginginkan untuk dibongkar. Tetapi dari pihak Jro Mangku Wayan Arsa bersikukuh untuk melindungi nama yang melapor tersebut, begitu juga semua pihak keluarga Bongantik teguh dan tetap menjaga kerahasiaan siapa nama orang yang melapor tersebut.
Dari simpulan rapat diperoleh satu keputusan yang menjadi pokok permintaan pihak keluarga Bongantik, yaitu :
"Pengurus berkomitmen untuk menyampaikan kepada warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan pada tanggal 13 Februari 2019, bertepatan dengan Buda Wage Wara Merakih, dalam acara Rapat Penutupan Buku 6 Bulanan"
Belum selesai acara rapat, I Nyoman Mesten kerauhan Ida Bhetara Dalem Ped (sesuai ucapannya sendiri) yang menyebut bahwa kita harus tetap bersatu jangan sampai terpecah belah oleh segala isu yang ada, diikuti oleh I Made Rodat kerauhan Ida Bhetara Dalem Tojan menyebutkan bahwa yang menyebabkan Jro Mangku Wayan Arsa kepetengan (pikirannya kalut) karena tidak pernah ingat dengan Dalem Tojan, padahal yang duluan kepetengan yaitu Jro Mangku Wayan Suta. Apakah Jro Mangku Wayan Suta mengalami kepetengan akibat beliau tidak pernah tangkil/eling kepada Dalem Tojan ?? ENTAHLAH.... Tetapi hal ini harus dijadikan sebagai bahan introspeksi diri, khususnya bagi keluarga Bongantik. Mengenai kebenarannya kita akan buktikan nanti. 
Dalam kesepakatan keluarga Bongantik sudah melaksanakan Dewa Saksi di Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan pada hari Selasa, 12 Februari 2019 Pukul 18.00 Wita, serangkaian dengan Pujawali di Kemulan Jumah Wayah dan Paruman Ageng Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan.
Dalam proses Medewa Saksi, sempat terjadi debat dengan Prajuru Dadia akibat terjadi perbedaan dalam memahami  proses medewa saksi. Namun akhirnya Prajuru dan Para Mangku setuju dan mau sebagai saksi dari pelaksanaan proses tersebut.
Pada hari Rabu Wage, Wuku Merakih, tanggal 13 Pebruari 2019, dilaksanakan Pujawali Ida Bhetara ring Kemulan Jumah Wayah. Dalam pelaksanaan upacara ini, Ida Bhetara tedun ring pedasaran Jro Mangku Arsa, mengenai hal ikhwal keberadaan Semeton Pasek Gelgel Sawangan serta hal-hal yang menyebabkan terjadinya wicara dan surat kaleng tersebut. Namun demikian, Ida Bhetara Lingsir ring Lempuyang Luhur memberikan batas waktu kisaran A Bulan Pitung Dina, pelaku akan segera teridentifikasi melalui ciri-ciri tertentu, yang bisa dirasakan dan dilihat oleh kita semua.
Ada hal yang menurut kami sebagai sesuatu yang sulit terpikirkan mengenai Ida Bhetara nyawis pedasaran, sugra pakulun Ida Bhetara Suniantara, dengan piteket agar kami sekeluarga dapat ngemit, sehingga selalu dalam lindungan-Nya.

Setelah berselang beberapa bulan, tepatnya hari Selasa Umanis Wuku Kuningan, tanggal 25 Februari 2020, ketika dilaksanakan Piodalan Ida Bhetara Susunan diadakanlah rapat kecil Prajuru bersama Para Pemangku saat setelah selesainya pelaksanaan Piodalan.
Pokok pembahasan rapat diantaranya adalah :
1. Ngaturang penyepuhan kepada Jro Mangku Wayan Suta dan Jro Mangku Wayan Arsa.
2. Perencanaan nyapsap pedasaran baru ( I Wayan Nodya dan Ni Wayan Suadi)
3. Ngaturang Pakeling di Pura Geger dan Pura Gunung Tedung rangkaian pelaksanaan Upacara Penyepuhan pada point 1.
Pada paruman ini, yang kebetulan Jro Mangku Wayan Arsa ikut serta, tetapi belum memberikan kesanggupan untuk melaksanakan Upacara Nyepuh yang diprogramkan oleh Prajuru Dadia, dengan alasan akan Rapat Keluarga Bongantik dahulu, karna permasalahan ini ada pada ranah Keluarga Besar Bongantik.

Berkenaan dengan hal tersebut, pada hari Kamis Pon, Wuku Kuningan, tanggal 27 Februari 2020, kembali Jro Mangku Wayan Arsa meminta masukan pada Rapat Keluarga Besar Bongantik dalam hal memutuskan untuk MENERIMA atau MENOLAK program Prajuru Dadia untuk melaksanakan Upacara Nyepuh khususnya kepada Jro Mangku Wayan Arsa.
Pada Rapat Keluarga Besar Bongantik ini disepakati beberapa hal sebagai berikut:
1. Menunggu panggilan dari Prajuru Dadia, untuk meminta kesanggupan Jro Mangku Wayan Arsa.
2. Menanyakan tentang dasar dilaksanakannya Upacara Nyepuh kepada Jro Mangku Wayan Arsa.

Setelah menunggu dua hari akhirnya pada hari Sabtu Kliwon, Wuku Kuningan (Tumpek Kuningan), tanggal 29 Februari 2020, Jro Mangku Wayan Arsa ditanya kembali tentang kesanggupannya untuk ikut melaksanakan Upacara Penyepuhan. Akhirnya pada saat itu beberapa perwakilan Keluarga Besar Bongantik ( I Wayan Suwendra, I Wayan Surata, I Nyoman Tembles, I Ketut Suwita, I Wayan Pundung, I Made Ugi, I Made Sumarta, I Nengah Suastra, Jro Mangku Wayan Arsa dan I Ketut Pastika) bertemu dengan Prajuru Dadia ( I Wayan Kendra, I Wayan Madra dan I Wayan Gunawan) untuk menanyakan dasar-dasar pelaksanaan Upacara Nyepuh yang ditujukan kepada Jro Mangku Wayan Arsa. Dari sekian pertanyaan dan penyataan dalam perdebatan tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa:
1. Dasar pelaksanaan Upacara Nyepuh adalah untuk NGERAHAYUANG segala tindak tanduk yang akan dilaksanakan di Pura Ibu Pasek Gegel Sawangan bukan karena KECUNTAKAN.
2. Mengenai Pemangku Penganteb dan Upakara menjadi tanggung jawab Prajuru Dadia sebagai perwakilan Warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan.
3. Walaupun sesungguhnya menjadi tanggung jawab Prajuru Dadia, Biaya Upacara disanggupi oleh Jro Mangku Wayan Arsa.

Belum ada beberapa hari, pada hari Minggu Umanis, Wuku Langkir, tanggal 1 Maret 2020, akhirnya keputusan dilanggar oleh Prajuru Dadia khususnya pada point 2. yang mana seharusnya Pemangku Pengateb menjadi tanggung jawab Prajuru Dadia tetapi dibebankan kepada Jro Mangku Wayan Arsa untuk Nyedek Jro Mangku Ketut Kanca ( Pemangku Dalem Dasar Pasek Gelgel Sawangan).
Oleh karena hal tersebut maka Pada hari itu juga diadakan rembug kecil Keluarga Besar Bongantik untuk membahas tentang Prajuru Dadia yang mangkir terhadap isi keputusan. Dalam rembug ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Karena sudah terlanjur nyedek Jro Mangku Ketut Kanca, maka Upacara Nyepuh tetap dilaksanakan pada hari Rabu Wage, Wuku Langkir, tanggal 4 Maret 2020, kurang lebih jam 8.00 pagi.
2. Jro Mangku Wayan Arsa tetap memberikan pelayanan kepada Warga Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan yang sesuai kapasitasnya.
3. Keluarga Besar Bongantik dan Jro Mangku Wayan Arsa, selalu waspada dan melakukan intelijensi dan berusaha untuk mengkanter/meluruskan rumor-rumor negatif yang menyudutkan Jro Mangku Wayan Arsa.
4. Membuat program untuk ngembalikan sesana khususnya dalam hal tangkil ke Pura Dalem Tojan, setelah menemukan jalan yang baik saat pelaksanaan Upacara Nyepuh dan Pujawali di Pura Kemulan Jumah Gede.

Demikianlah beberapa suratan tentang pejalanan Kasus Raja Pisuna yang menimpa Jro Mangku Wayan Arsa.

Harapan : Semoga Ida Hyang Bethara Kawitan memberikan jalan yang terbaik dan membimbing damuhnya ke jalan yang terbaik.


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.