411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Tuesday, May 29, 2007

METODE PEMBLAJARAN AGAMA HINDU



Om Suastyastu,

Metode pemblajaran Agama Hindu yang telah dilaksanakan oleh orangtua kita saat semasih kita kecil di kampung dulu.
Untuk saat ini barangkali sudah banyak berubah, atas kemajuan jaman teknologi serta sumber sumber pelajaran agama yang dengan mudah didapat, apalagi belakangan ini Internet sudah menjamur, sehingga kuncinya sekarang adalah kemauan untuk berinovasi dan mencari ilmu sedalam mungkin.
Buku-buku sumber pelajaran agama juga telah banyak diterbitkan yang merupakan gudang, cuman kita dituntut mau dan gemar, kalau tidak ingin ketinggalan informasi tentang agama.
Namun ada baiknya kita tengok kebelakang (flashback) sehingga sesuai dengan ajaran kita yang adiluhung ( Trisemaya Atita Vartamana & Anagata). Sebenarnya metode yang dipakai oleh orangtua kita untuk belajar agama adalah metode berjenjang, bukti sebagai contoh adalah :
Saat kita masih dalam buaian mereka, saat itu kita dibuai dengan ceritra I Siap Selem. Ini berarti dari sesuatu yang paling dekat dengan lingkungan disekitar kita. Mulai besaran sedikit satua I Ubuh & Men Tiwas, kita mulai diajarkan etika dalam keluarga kecil ( menyangkut Kerangka agama Hindu Susila/boedi pakerti )
Besaran sedikit I Bawang lan I Kesuna sudah mulai dikenalkan dengan hukum karmapala, sudah mulai meningkat Tatwa bagian dari Panca srada.
kemudian mulailah berpolitik (Indra-jala ) Pan balang Tamak, nah selanjutnya mulailah silsilah keluarga, Babad, Sejarah Kerajaan dan akhirnya sudah meningkat menuju Purana dan Itihasa, demikian pula konsumsi hiburan yang kita nikmati Wayang Versi Ramayana dan Versi Mahabrata kita sudah mulai dengan tatanan hidup & kehidupan yang sering kita kenal dengan tatanan Upacara.
Upa = dekat, sedangkan Car = gerak jadi upacara itu berarti Pendekatan diri terhadap Sang Mahakawiya melalui Gerak = Mudra, Simbol = Nyasa, Ucapan = Mantram (merupakan rangkaian kata-kata yang diikuti penyatuan diri bayu, sabda, Idep =Pikiran)
Inilah yang kemudian sering disebut dengan Yantram, Mantram, dan Tantram menuju prenawa suci A U M = OM dari pemikiran mempunyai bentuk, atas kekuatan mantram mempunyai kekutan dan dari kekuatan mempunyai gerak power itulah yang dikisahkan dalam sepiritual, sesuatu yang berjiwa sehingga memiliki nilai-nilai sacral.
Dan inilah salah satu metode dasar yang dipakai orangtua kita dalam mendekatkan anak anaknya kepada sang maha pencipta dengan cara Swaarta, Paraarta & Paramearta, mulai dari Symbol=Niyasa, Ucapan Mantram, Gerak = Mudra, menuju Prenawa suci itu OM.

Namaste.


No comments:


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.