411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Friday, June 06, 2014

SATHYAM SIVAM SUNDARAM UNTUK MENUJU MOKSHARTHAM JAGADHITA

 
Kepercayaan dan keyakinan akan adanya Hyang Widhi dapat diperoleh melalui:
  1. Agama Pramana: Berdasarkan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Veda.
  2. Pratyaksa Pramana: Merasakan atau mengalami langsung dengan jelas dan nyata.
  3. Anumana Pramana: Menarik kesimpulan berdasarkan logika, dari unsur-unsur gerakan, sebab-akibat, keharusan, kesempurnaan dan keteraturan.
  4. Upamana Pramana: Analogi, yaitu kesimpulan berdasarkan perbandingan dari unsure-unsur: metafora (penciptaan) , struktural (bahan penciptaan), dan kausal (akibat dari suatu sebab).
 
Setelah percaya dan yakin, manusia dapat menempuh empat jalan menuju kepadaNya:
  1. Bhakti Marga; Menyembah, memuja, menghormati dan menyayangi dengan perasaan kasih saying.
  2. Karma Marga: Bekerja, berbuat tanpa pernah mengikatkan diri pada hasilnya untuk mencapai tujuan hidup dilandasi dengan Veda (Niskama Karma).
  3. Jnana Marga: Mempelajari kitab suci sebagai sumber pengetahuan dalam rangka mencari pencerahan rohani.
  4. Raja Marga: olah badan dan pikiran untuk menghubungkan Atma dengan Paramatma.
 
Keempat jalan itu tidak dilaksanakan sendiri-sendiri, tetapi serentak bersamaan, namun keseimbangannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu kitab suci menyebutkan hal-hal yang bersifat harus dilaksanakan dan yang tidak boleh dilaksanakan:
  1. Catur Purushartha: Dhrama, Artha, Kama dan Moksha, yang urutannya tidak boleh ditukar karena tiada Artha dapat diperoleh tanpa melalui Dharma, tiada Kama diperoleh tanpa Artha, seterusnya tiada Moksha diperoleh tanpa melalui Dharma, Artha dan Kama .
  2. Sistacara: kehidupan suci yang membentuk susila.
  3. Sadacara: Taat pada peraturan atau perundangan yang syah (Veda).
  4. Atmanastusti: Memelihara hati nurani yang suci.
  5. Menjauhkan diri dari Sad Atatayi; Agnida (membakar atau memarahi orang), Visada (meracun ), Atharva (memakai ilmu hitam), Sastraghna (mengamuk), Dratikrama (memperkosa) , Rajapisuna (memfitnah).
  6. Waspada pada Sadripu yang ada dalam diri kita: Kama (nafsu), Lobha ( tamak), Krodha (marah), Mada (mabuk), Moha ( bingung), Matsarya (cemburu, irihati).
  7. Laksanakan Tri kaya parisudha: Kayika ( perbuatan yang baik dan benar, yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri dan tidak berzina), Vacika ( perkataan yang baik dan benar, yaitu tidak: berkata keras, memaki, memfitnah, dan setia pada perkataan sendiri), Manacika (pikiran yang baik dan benar, yaitu: tidak dengki pada kepunyaan orang lain, percaya pada hokum karma, dan saying kepada semua makhluk).
  8. Senantiasa melaksanakan Asada Brata: Dharma (taat pada hakekat kebenaran), Sathya (setia pada nusa bangsadan Negara), Tapa ( mengendalikan diri), Dama (tenang dan sabar), Vimatsarira (tidak dengki, iri, serakah), Hrih (punya rasa malu), Titiksa (tidak gusar), Anasuya (tidak bertabiat jahat), Yajna (berkorban), Dana (demawan), Dhrti (mensucikan diri), Ksama (memaafkan).
  9. Kemampuan mengendalikan Dasa Indrya: Stotendrya (pendengaran) , Tvakindrya (alat peraba/kulit) , Granendrya (penciuman), Caksundrya (mata), Vakindrya (ucapan),Panindrya (gerakan tangan), Payundrya (dubur), Jihvendrya (gerakan kaki), Pastendrya (kelamin).
  10. Mengendalikan diri melalui Yama Brata: Anrsamsa (tidak egois), Ksama (pemaaaf), Sathya (setia), Ahimsa (tidak menyakiti), Dama ( sabar), Arjava (tulus ikhlas), Priti (welas asih), Prasada (tidak berpikir buruk), Madhurya (bermuka manis secara tulus),Mardava (lemah lembut).
  11. Menegakkan disiplin melalui Niyama Brata: dana (dermawan), Ijya (bersembahyang) , tapa (mengekang hawa nafsu) Dhyana (menyadari kebesaran Tuhan), Svadhyaya (rajin belajar), Upasthanigraha (menjaga kesucian hubungan sex), Brata (mengekang hawa nafsu), Upavasa (puasa), Mona ( mengendalikan ucapan ), Snana (menjaga kesucian lahir bathian).
  12. Dharmasastra Raja (svadharma seorang pemimpin pemerintahan ) adalah: Catur Naya sandhi: sama (meredam kemarahan musuh), Dana (memberikan hadiah kepada lawan), Beda (memecah belah kekuatan lawan) Danda (bertindak tegas pada saat yang tepat), serta melaksanakan Astha Brata: Indra Brata (adil) Yama brata (menghukum yang salah), Surya Brata (melindungi dan menerangi), Chandra Brata (menciptakan kedamaian), Bhayu Brata (menguatkan pertahanan),  Kvera Brata (mensejahterakan ), Baruna Brata (kemampuan menyerang), Agni Brata (mendorong semangat).
  13. Mengatur kehidupan dalam catur Asrama, yaitu; Brahmacari (masa kehidupan menuntut  ilmu secara formal), Grhastha (masa berumah tanggadan mengembangkan keturunan), Vanaprastha (mengurangi keterikatan terhadap duniawi), Bhiksuka ( mensucikan diri/ menjadi oorang suci).
 
Apabila keempat marga dilaksanakan dengan baik, maka manusia akan memiliki Sad Guna:
1.      Sandhi (mudah keluar dari kesulitan hidup),
2.      Vigrha (berpengaruh) ,
3.      Jana (perkataannya dituruti),
4.      Sana (selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan),
5.      Visesa (bijaksana, berwibawa, mudah menaklukkan adharma),
6.      Srya (mendapat simpati/disenangi) .
 
Pribadi-pribadi yang dalam keadaan Sad Guna akan membiaskan vibrasi pada  kelompok manusia sehingga terwujudlah masyarakat yang bercirikan:
1.      Sathyam (taat beragama/memegang tuguh kebenaran),
2.      Sivam (kasih sayang dan mengusahakan kesucian),
3.      Sundaram (keindahan, sejahtera material dan immaterial).
Sathyam Sivam Sundaram adalah unsur-unsur yang sangat menentukan upaya manusia mencapai mokshartam jagadhita (kebahagiaan lahir/bathin) . Atman yang dalam kehidupannya sebagai manusia telah mencapai mokshartam jagadhita akan memudahkan transformasinya menuju persatuan dengan Brahman (Hyang Widhi), karena hakekat manusia menjelma ke dunia ini adalah untuk memberbaiki kualitas karmanya.

No comments:


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.