411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Monday, March 24, 2008

PURA DASAR BHUWANA GELGEL KLUNGKUNG

PURA Dasar Bhuana dibangun Mpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatikta(Kerajaan Majapahit) pada tahun Caka 1189 atau tahun 1267 Masehi. Puraini merupakan salah satu Dang Kahyangan Jagat di Bali. Pada masaKerajaan Majapahit, Pura Dang Kahyangan dibangun untuk menghormatijasa-jasa pandita (guru suci). Pura Dang Khayangan dikelompokkanberdasarkan sejarah. Di mana, pura yang notabene tempat pemujaan dimasa kerajaan di Bali, dimasukkan ke dalam kelompok Pura DangKahyangan Jagat. Keberadaan Pura Dang Kahyangan tidak bisa dilepaskandari ajaran Rsi Rena dalam agama Hindu.Pura atau Ashram dibangun pada tempat di mana Maharsi melakukan yogasemadi. Itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Maharsi.Seperti Pura Silayukti di Karangasem. Silayukti diyakini sebagaitempat moksanya Mpu Kuturan. Demikian pula dengan Pura Dasar BhuanaGelgel yang dibangun sebagai penghormatan terhadap Empu Ghana. Di purainilah Mpu Ghana yang notabene seorang Brahmana yang memiliki peranpenting perkembangan agama Hindu di Bali, beryoga semadi (berparahyangan) .''Sebagaimana namanya, Pura Dasar Bhuana merupakan dasar jagatnyaBali. Kalau pura luhur, jumlahnya banyak. Pura Dasar Bhuanasatu-satunya pura dasar di Bali,'' ungkap Sekretaris Pengeling PuraDasar Bhuana Gelgel A.A. Gde Anom Wijaya. Selain sebagai DangKahyangan, pura yang berjarak sekitar 3 kilometer dari KotaSemarapura, Klungkung itu juga merupakan pusat panyungsungan caturwarga yang berasal dari soroh/klan di antaranya soroh/klan SatriaDalem, Pasek (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi), soroh Pande (MahasamayaWarga Pande) dan klan Brahmana Siwa. Semuanya merupakan pengabih IdaBatara di Pura Dasar Bhuana Gelgel.Masing-masing warga memiliki panyungsungan, seperti Meru Tumpang Solas-- panyungsungan Para Arya dan Satria Dalem. Meru Tumpang Tiga --panyungsungan Keturunan Mpu Geni yang menurunkan trah Pasek. MeruTumpang Tiga sebagai penyungsungan warga Pande. Padma Tiga yang beradadi antara Meru Tumpang Solas dan Meru Tumpang Sia (sembilna),panyungsungan warga Brahmana. Dengan banyaknya soroh/klan yang ada didalamnya, diyakini Pura Dasar Bhuana merupakan pemersatu jagat dengankonsep bersatunya semua klan yang ada di Bali dengan konsep ''kaulagusti menunggal''. ''Konsep itu sangat terasa begitu masuk ke puraitu,'' tandas Agung Gde Anom Wijaya. Pegawai di Dinas Kebudayaan danPariwisata (Disbudpar) Klungkung itu menyebutkan, ketika manusiaberada di hadapan-Nya, tidak ada lagi istilah perbedaan trah. Pande,Pasek atau Satria Dalem, semuanya sama.Pura yang dibangun di atas areal cukup luas itu, juga menjadipanyungsungan Subak Gde Suwecapura. Di antaranya Subak Pegatepan,Kacang Dawa, Toya Ehe dan Toya Cawu. Panyungsungan dilakukan saatKarya Pedudusan Agung lan Pawintenan yang bertepatan dengan PurnamaKapat. Agung Anom Wijaya juga menambahkan, Pura Dasar Bhuana sempatdijadikan objek penelitian oleh peneliti asal Belanda. Di mana,hasilnya diyakini bahwa situs Pura Dasar Bhuana Gelgel hampir miripdengan situs bekas Kerajaan Majapahit. ''Katanya Gelung Kori Agungmirip dengan Gelung Kori Kerajaan Majapahit,'' sebutnya.Pura Dasar Bhuana terletak di Desa Gelgel, Klungkung. Dari Denpasar,berjarak sekitar 42 kilometer. Pura ini berdiri di atas lahan yangcukup luas. Berdiri megah dan tampak asri di pinggir jalan utama Gelgel-Jumpai. Sebagimana umumnya Pura-pura di Bali, Pura Dasar Bhuanamemiliki tiga mandala -- Nista Mandala, Madya Mandala dan UtamaMandala. Di bagian Nista Mandala terlihat keangkeran pohon beringinbesar yang tumbuh sejak berabad-abad lamanya.Masuk ke Madya Mandala, pamedek bisa melihat bangunan-bangunan berupaPelinggih Bale Agung. Pelinggih ini tampak unik karena panjangnyamencapai 12 meter. Bersebelahan dengan Bale Pesanekan dan pelinggihtempat berstanakan seluruh petapakan dan pratima Pura-pura yang ada diDesa Pakraman Gelgel. Pratima maupun petapakan itu tedun dandistanakan saat berlangsung Karya Agung Pedudusan (Ngusaba) yangdilaksanakan bertepatan dengan Purnama Kapat.Sementara di Utama Mandala terdapat belasan pelinggih di antaranyaMeru Tumpang Solas, Meru Tumpang Telu, Padma Tiga dan banyak lagipelinggih lainnya. Dalam setahun, ada dua wali/karya digelar yakniwali bertepatan dengan Pamacekan Agung, serta wali/karya Padudusanyang jatuh pada Purnama Kapat.Pura Dasar Bhuana di-empon Desa Pakraman Gelgel yang terdiri atas 28banjar dan tiga desa dinas -- Desa Gelgel, Desa Kamasan dan DesaTojan. Keberadaannya berkaitan erat dengan keberadaan KeratonSuwecapura tempo dulu yang juga berada di Gelgel. Namun, jika melihattahun berdirinya, pura ini sudah ada jauh sebelum Gelgel diperintahraja pertama, Dalem Ketut Ngulesir (1380-1400). Pura yang merupakanwarisan maha-agung ini didirikan pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267Masehi.Sebagaimana sejarahnya, Pura Dasar Bhuana erat kaitannya dengan MpuGhana yang hidup pada akhir abad IX Masehi. Pura Dasar Bhuana dibangunMpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatika sebagai bentuk penghormatanterhadap Mpu Ghana. Empu Ghana merupakan seorang brahmana dengan peransangat besar terhadap perkembangan agama Hindu di Bali.Empu Ghana adalah orang suci yang berasal dari Jawa. Tiba di Bali padamasa pemerintahan (suami-istri) Udayana Warmadewa dan GunaprayaGharmapatni yang berkuasa dan memerintah Bali pada tahun Caka 910 sampai tahun Saka 933 (tahun 988-1011 Masehi). Empu Ghana merupakanbrahmana penganut paham Ghanapatya. Seumur hidup menjalankan ajaranSukla Brahmacari yakni tidak menjalani masa Grahasta (tidak menikah).Kaitannya setelah berdirinya Kerajaan Suwecapura, pura ini dipakaisebagai merajan keluarga raja saat itu. Letak pura ini persis beradadi timur laut Keraton Suwecapura. Pada zaman itu, Keraton Suwecapuraberdiri di Banjar Jero Agung, Gelgel.''Letak pura ini berada di hulu Keraton Suwecapura. Dulunya,disungsung keluarga Raja Gelgel,'' tutur Agung Anom Wijaya. Pura inimemang erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Suwecapura. Sejumlahsitus peninggalan Kerajaan Suwecapura masih tetap dilestarikan di puraini sampai sekarang.

No comments:


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.