411. “Dengan diamnya antah-karana lewat samãdhi[1], nikmatilah keagungan tanpa batas dari Sang Diri-jati. Dengan penuh semangat hancurkanlah belenggu bau harum-busuk dari kelahiran dan kematian; jadilah ia yang telah mencapai tujuan-akhir dari kelahiran berjasad manusia ini!

412. “Bebas dari semua identifikasi- diri keliru itu, sadarilah Diri-jati sebagai perwujudan dari Eksistensi Sejati – Kesadaran Murni – Kebahagiaan Abadi yang tiada tara, yang tak tunduk pada lingkaran-setan kelahiran dan kematian!”

Thursday, April 05, 2007

Pis Bolong

1. Pis bolong mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1293 M semasa kejayaan
Majapahit. Berasal dari perdagangan antara Majapahit dengan Cina. Ketika itu
Majapahit belum mempunyai uang kartal. Maka digunakan uang kepeng sebagai alat
tukar dalam perdagangan. Perdagangan dimasa itu dikuasai oleh saudagar-saudagar
cina.
2. Pis bolong ada beberapa jenis :
- buatan Cina, dari zaman dinasti Tang, Sung dan Chin (756 M)
- buatan Jepang, dari zaman dinasti Tokugawa (1741 M)
- buatan Vietnam, tidak jelas ketika dinasti apa
- buatan Jawa dari zaman Walisongo (Islam, 1400 M) dengan huruf arab
- buatan para dukun di Bali sekitar abad ke 13
3. Pis bolong mula-mula digunakan sebagai uang kartal, berlaku di Bali sampai tahun
1950. Selain itu di Bali digunakan pula sebagai sarana upakara, karena
dianggap pis bolong mempunyai kekuatan magis.
4. Kemudian setelah tidak berfungsi sebagai uang kartal, pis bolong tetap digunakan
sebagai upakara hingga saat ini.
5. Pis bolong sebagai jimat dibuat oleh para balian/dukun di Bali disertai
pemasupati. Contohnya : pis jaran, pis dedari, pis rejuna, pis anoman, pis
kresna, pis tualen, pis jring, pis gobogan, dll.
6. Ada juga pis bolong yang dipandang sangat sakral karena datangnya secara gaib,
misalnya melalui wong samar, paica Ida Bhatara, dll.
7. Di zaman sekarang, pis bolong sudah hampir punah.
Maka dibuat tiruannya. PHDI Pusat sudah mengeluarkan keputusan paruman Sulinggih,
bahwa pis bolong sekarang sudah bisa diganti dengan uang logam yang berlaku
syah di Indonesia saat ini. Keputusan ini tertuang dalam
Kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu.

No comments:


"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati."

OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam
perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva
yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.